Sial,
monster yang tadi menendang Regga, berlari mendekatiku. Aku diam saja,
merinding. Saat jarak kami tak kurang dari lima langkah, aku membungkukkan
badan, segera berlari. Seetttt, aku
berhasil melewati monster, menembus celah di antara kakinya. Aku tidak berhenti
berlari. Monster berbalik, mengejarku.
Di tengah kepanikan, aku berlari
menghampiri Regga. Kutarik lengannya sampai tubuhnya ke luar dari kolam. Dengan
begini, aku tidak hanya sendirian dikejar monster. Ada Regga yang temaniku
berlari.
“Kamu ini, Fan! Tidak suka lihat
teman tenang. Kau pikir enak dikejar-kejar?!” Kukira Regga agak kesal. Aku
pura-pura tidak mendengarkan. Kami terus berlari. Namun, kejagoan Regga berlari
membuatku tertinggal di belakang.
Sempat-sempatnya Regga meraih
benda-benda di sekitarnya, padahal larinya sangat kencang. Benda yang ia dapat,
di lemparnya ke belakang tanpa melihat. Dasar, Regga ceroboh! Kelakuannya
memaksaku berlari sembari menghindar.
“Ga, kalau lempar liat-liat dong!”
Regga tak menghiraukannya. Ia tidak
berhenti melempari monster dan terus salah sasaran. Lebih dari tiga kali aku
menjadi korban karena ulahnya. Memang, tidak begitu sakit, karna yang mengenai tubuhku hanya kaleng minuman.
Meski demikian, ini menggangguku berlari.
BERSAMBUNG...